Banyak pebisnis berfikir bahwa mereka sudah menerapkan konsep customer centric pada bisnis mereka dengan mengambil langkah menjadikan pelanggan sebagai prioritas. Namun, para pebisnis perlu mengetahui bahwa mereka tidak berpusat pada pelanggan seperti yang mereka pikirkan jika hanya melakukan 4 hal berikut:
-
Ambil Keputusan Tanpa Mempertimbangkan Konsumen
Besar atau kecil, tiap keputusan yang pebisnis buat perlu didorong oleh feedback dari pelanggan.
Apakah pebisnis berasumsi tentang apa yang diinginkan pelanggan? Apakah pebisnis mempertimbangkan pelanggan dalam proses pengambilan keputusan? Atau apakah keputusan pebisnis didasarkan pada keuntungan atau permintaan pemegang saham?
Jika mengembangkan produk tanpa mengujinya ke pelanggan, pebisnis lebih berisiko gagal saat memperkenalkan produk atau layanan mereka. Hal ini dikarenakan produk mungkin tidak menyelesaikan masalah pelanggan.
Selain itu, kampanye pemasaran yang hanya berdasarkan firasat tanpa melakukan analisa pelanggan juga memiliki kemungkinan besar akan gagal karena tidak bisa relate dengan apa yang dirasakan oleh pelanggan.
-
Hanya fokus pada department customer service
Dengan meningkatkan anggaran di departemen customer service. Itu membuat bisnis menjadi berpusat pada pelanggan, bukan?
Nyatanya, untuk benar-benar menjadi customer centric, setiap karyawan dalam perusahaan harus memahami pelanggan produknya dan apa yang mereka butuhkan, bukan hanya dari bagian customer service.
Termasuk juga divisi lain seperti, tim pengembangan produk, tim marketing, tim sales, hingga pengambil keputusan utama organisasi. Seluruh organisasi harus sejalan dengan kebutuhan dari pelanggan.
-
Tidak mengenal konsumen secara detail
Mungkin tim marketing tahu bahwa pelanggan berusia antara 20 dan 25 tahun. Mungkin tim pengembangan produk memahami bahwa pelanggan berada pada kelompok pendapatan yang lebih tinggi. Ini langkah yang baik, tetapi tidak cukup membuat bisnis menjadi customer centric.
Untuk bisa memahami pelanggan lebih detail. Pebisnis harus bisa melampaui data demografi dan mengenal lebih dalam tentang kehidupan pelanggan. Hal ini bisa dimulai dengan berdikusi dengan pelanggan, berfikir seperti pelanggan atau bahkan pebisnis bisa mencoba menggunakan produknya sendiri.
-
Berhenti menjalin hubungan setelah penjualan dilakukan.
Mendapatkan pelanggan baru itu penting, namun bukan berarti pekerjaan selesai sampai disitu. Pebisnis bisa mencari tahu dari yang pelanggan rasakan tentang proses pembelian.
Berdasarkan artikel dari Amy Gallo yang berjudul “The Value of Keeping The Right Customerâ€Â, biaya mendapatkan pelanggan baru lebih besar lima hingga dua pulu lima kali lebih mahal jika dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Jadi pebisnis harus mencari cara untuk bisa mempertahankan loyalitas pelanggannya.
Pebisnis dengan prinsip customer centric tentu memiliki program atau layanan setelah transaksi dilakukan. Hal ini dikarenakan, pelanggan yang puas terhadap produk atau layanan, biasanya akan melakukan repeat order (pembelian ulang).
Baca juga: Pentingnya Mindset Customer Centric dalam Berbisnis
Demikian ulasan mengenai tanda jika bisnis belum berpusat pada pelanggan. Dari ulasan di atas, para pebisnis bisa mengevaluasi penerapan prinsip berpusat pada pelanggan dalam bisnisnya.
Agar bisa fokus kepada pelanggan, pebisnis harus dapat menyelesaikan masalah operasional sehari-hari yang dapat menurunkan tingkat kepuasan pelanggan. Operasional bisnismu masih banyak kendala? Ga perlu pusing, kini JUBELIO hadir dengan layanan yang membuat operasional bisnismu menjadi lebih mudah.
JUBELIO merupakan platform omnichannel menyediakan layanan terintegrasi seluruh proses bisnis mulai dari listing barang ke marketplace, kontrol stok dari gudang, jasa pengiriman, pencatatan akuntansi, POS (Point of Sales) atau kasir online, hingga yang terbaru yakni layanan buat website toko online.
Mau tahu lebih lanjut tentang JUBELIO? Coba gratis dengan klik tombol dibawah ini.