Ketika menghitung persediaan barang dalam ilmu akuntansi, dapat menggunakan beberapa metode. Metode tersebut akan disesuaikan dengan jenis perusahaan maupun kepentingan perusahaan tersebut.
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas cara menghitung HPP (Harga Pokok Persediaan) seperti metode FIFO, LIFO, dan Moving Average.
Dalam perhitungan persediaan akan dilakukan pencatatan dengan menggunakan 2 sistem, yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik). Penentuan dua sistem tersebut ditentukan berdasarkan kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan.
Lalu mengapa ada hubungan nya dengan menghitung HPP? karena dalam persediaan terdapat perhitungan HPP. Jadi, pada saat kita menghitung persediaan maka akan dihitung pula HPP (Harga Pokok Penjualan) serta laba kotornya.
Karena adanya hal tersebut lah muncul penerapan metode-metode dalam perhitungan seperti FIFO, LIFO, serta Moving Average, dll. Agar lebih jelas nya mari kita simak penjelasan ketiga metode tersebut di bawah ini.
Metode FIFO
Yang pertama adalah metode FIFO. Mungkin banyak yang sudah pernah mendengar FIFO. Namun, tahukah anda apa yang dimaksud metode FIFO. FIFO merupakan metode perhitungan persediaan yang berfungsi mengatur aliran dana dari pencatatan persediaan sebuah perusahaan.
FIFO merupakan singkatan dari First In First Out. Metode FIFO adalah persediaan barang yang pertama kali masuk, maka persediaan barang itu pula yang akan dikeluarkan/digunakan pertama kali oleh perusahaan/penjual.
Atau dalam perumpamaan lain berarti barang yang masuk pertama ke gudang akan di jual pertama kali, dan sebaliknya barang yang masuk terakhir maka akan dijual terakhir.
Metode ini memudahkan si penjual ataupun perusahaan dalam mengatur aliran dana yang masuk dan keluar.
Untuk cara menghitung hpp metode FIFO perpetual kamu memerlukan penyesuaian dengan catatan pembukuan persediaan barang.
Dengan menggunakan metode ini, persediaan akhir bisa ditentukan karena persediaan akhir akan bertanggung jawab dalam penentuan harga jual berdasarkan harga urutan baru hingga terakhir, juga cenderung akan menghasilkan persediaan bernilai tinggi yang berdampak pada nilai aktiva perusahaan.
Baca Juga: Jangan Dulu Berbisnis Kalo Kamu Belum Paham Harga Pokok Penjualan
Metode FIFO sangat baik untuk menghindari adanya persediaan yang rusak akibat penyimpanan dalam gudang yang terlalu lama.
Serta, lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenal sebagai HPP (Harga Pokok Penjualan).
Metode ini sangat cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat, dan lain sebagainya.
Bisa dikatakan metode FIFO merupakan metode yang paling sering dipilih dan dipakai oleh perusahaan dibandingkan metode lain nya.
Metode LIFO
Kedua, kita punya yang namanya metode LIFO. LIFO merupakan singkatan dari Last In First Out adalah metode dimana barang yang terakhir masuk akan dikeluarkan/digunakan pertama, dan sebaliknya barang yang pertama masuk akan dikeluarkan/digunakan di kemudian hari nya.
Ada 2 cara menghitung hpp metode LIFO perpetual dan periodik.
Jadi pencatatan persediaan yang dilakukan pertama kali adalah mencatat barang yang terakhir masuk.
Penggunaan metode ini memiliki tujuan agar dapat memudahkan proses penataan barang baik itu masuk maupun keluar.
Metode ini memiliki kelebihan, dimana perusahaan dapat menghemat pajak saat berlangsung nya inflasi, karena laba yang dihasilkan kecil. Selain itu, laba operasi perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap laba/rugi fluktuasi harga yang terjadi.
Meskipun begitu, metode ini terbilang cukup rumit dibandingkan metode lain nya serta biaya pencatatan pembukuan nya cenderung mahal dan hasil dari laba/rugi juga lebih rendah.
Oleh karena itu juga, penjual/perusahaan jarang yang menerapkan metode ini. Dalam praktek nya sendiri, metode LIFO memiliki dampak pada nilai aktiva yang rendah bagi perusahaan dan akan cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.
Metode LIFO ini biasanya diterapkan pada toko pakaian. Pakaian yang memiliki tren mode terbaru adalah yang terakhir kali masuk dan akan dikeluarkan pertama kali. Jika, tidak dikeluarkan pertama maka pakaian tersebut akan kehilangan tren mode karena adanya tren mode pakaian terbaru lagi.
Baca Juga: Memahami Buku Besar Akuntansi Sekaligus Fungsinya
Metode Moving Average
Terakhir, kita punya metode moving average atau biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode imoving average persediaan digunakan untuk menghitung biaya per unit suatu persediaan berdasarkan rata-rata tertimbang dari unit serupa serta biaya unit selama satu periode.
Cara menghitung nya adalah membagi biaya semua barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang tersedia. Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata.
Metode moving average merupakan titik tengah dan perpaduan antara metode FIFO dan metode LIFO. Jadi, kelebihan dan kekurangan dari metode ini berada diantara metode FIFO dan metode LIFO.
Dalam penerapan nya metode moving average ini tidak memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal ataupun akhir. Jadi perusahaan bebas mengeluarkan persediaan barang di gudang baik itu barang masuk di awal ataupun di akhir.
Kamu bisa coba aplikasi stok barang yang dapat memudahkan kamu dalam pengelolaan persediaan barang secara otomatis dengan software inventory management Jubelio, coba sekarang, GRATIS!
Baca juga : Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Harga Pokok Penjualan (HPP)
Agar lebih jelas nya lagi kita bisa lihat contoh soal di bawah yaitu cara menghitung HPP moving average.
Perusahaan A mencatat persediaan barang dagang dengan metode periodik. Berikut ini adalah data yang diperoleh selama bulan Februari 2019:
Tgl 1 Februari : Persediaan Awal 200 unit @ Rp. 5000
Tgl 10 Februari : Pembelian 300 unit @ Rp. 5.500
Tgl 21 Februari : Pembelian 400 unit @ Rp. 5.300
Tgl 23 Februari : Pembelian 100 unit @ Rp. 5.200
Pada tanggal 30 Februari 2019 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit (menggunakan sistem periodik). Hitunglah nilai persediaan dan HPP nya.
Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit – 300 unit = 700 unit
Metode FIFO Periodik
Nilai persediaan akhir:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
200 unit @ Rp 5.300 = Rp 1.060.000
100 unit @ Rp 5.200 = Rp 520.000
Rp 1.580.000
Maka nilai persediaan akhir nya ialah Rp 1.580.000
HPP = Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.580.000
= Rp 3.710.000
Metode LIFO Periodik
Nilai persediaan akhir:
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaan nya adalah:
100 unit @ Rp 5.500 = Rp 550.000
200 unit @ Rp 5.000 = Rp 1.000.000
Rp 1.550.000
Maka nilai persediaan akhirnya ialah Rp 1.550.000
HPP= Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.550.00
= Rp 3.740.000
Metode Moving Average
Nilai persediaan akhir = 300 x Rp 5.290.000/1.000
= 300 x Rp 5.290
= Rp 1.587.000
HPP= Barang tersedia untuk dijual – Persediaan akhir
= Rp 5.290.000 – Rp 1.587.000
= Rp 3.703.000
Jadi dari pembahasan di atas, anda dapat menyimpulkan betapa penting nya mengenal metode-metode tersebut untuk bisnis anda dan memilih mana metode paling baik yang bisa anda terapkan pada perusahaan anda nanti nya.
Baca Juga: 5 Omnichannel Terbaik yang Bisa Kamu Gunakan Untuk Permudah Bisnismu
Untuk lebih mudah nya lagi daripada pusing-pusing untuk mengatur manajemen persediaan usaha anda, anda dapat langsung aja nih menggunakan bantuan software akuntansi milik Jubelio. Dengan Jubelio kamu bisa mengelola persediaan stok kamu menjadi lebih mudah.
Ditambah kamu enggak cuma urus keuangan aja tapi bisa urus persediaan stok barang, laporan penjualan, sampai sistem gudang dalam satu sistem dashboard aja.
Mudah banget kan ? Apalagi semua channel penjualan kamu di marketplace, sosmed, dan offline udah terintegrasi secara otomatis ke dalam satu sistem.
Penasaran sama Jubelio dan pengen coba langsung FREE TRIAL caranya Klik daftar Jubelio di bawah ini.