Kata siapa produk sepatu luar selalu lebih bagus daripada merek lokal? Stigma ini tentunya tidak berlaku bagi brand sepatu lokal yang berasal dari Bandung, Saint Barkley.
Saint Barkley yang sudah berdiri sejak tahun 2012 dan berfokus pada pasar anak muda mencoba mematahkan stigma tersebut. Dengan mempertahankan sepatu yang apa adanya walaupun tidak mengikuti tren yang ada, pastinya brand ini selalu mengembangkan kualitas produk agar bisa bersaing dengan produk luar negeri.
Beberapa waktu lalu, Jubelio berhasil mewawancarai pemilik Saint Barkley, yaitu David Firmansyah dan Alvi Mamun untuk mengulik strategi mereka sampai sebesar ini. Penasaran bagaimana perjalanan dari brand Saint Barkley hingga akhirnya bisa menembus pasar internasional?
Ceritain singkat tentang awal berdirinya Saint Barkley
Saint Barkley itu berdiri tahun 2012, awalnya sih kita berdua ngobrol-ngobrol pas reuni SMP dan saat itu emang statusnya mas Alvi dan saya (David) waktu itu masih pengangguran. Dari situ kepikiran untuk ajak bikin clothing, lalu besoknya bikin konsep dan lain-lain. Jadi, sebenarnya emang udah dari tahun 2010 konsepnya ada.
Sebelum adanya produk sepatu ini, emang rencananya buat clothing tapi Alvi bilang kalau clothing di Bandung kan udah banyak banget ya, akhirnya bikin yang lain. Nah, kepikiran untuk bikin sepatu dan namanya dulu bukan Saint Barkley.
Lalu, gimana awalnya Saint Barkley bisa identik sama skena musik dan skateboard?
Awalnya sih karena kita bingung untuk memasarkan satu sepatu, meskipun dulu ada Gamo dan Indikator cuma pas tahun 2012-2013 mereka udah mulai vakum dari 2008 jadi udah nggak ada pemain untuk industri kita, dari sisi industri kreatif nya ya bukan industri besarnya.
Dari situ sebenarnya bingung mau pasarin ke siapa dan karena kita komunitasnya juga nggak jauh dari musik jadi mulai dari itu. Baru deh kemudian ke skateboard.
Apa yang membedakan Saint Barkley dari brand lain khususnya sepatu skateboard?
Mungkin kalau dari SB (Saint Barkley) sendiri sih kita menerima masukkan langsung dari si pelaku skateboard sendiri. Dan saya sendiri juga main skateboard, setidaknya tahu basic dari sepatu skateboard seperti apa.
Ada beberapa brand juga yang mengembangkan produk di skateboarding atau ada juga brand yang emang pengen coba masuk ke ranah situ.
Baca juga: Duraking: Hasilkan Omset Ratusan Milyar dari Bisnis Alat Pancing
Gimana cara Saint Barkley mematahkan stigma merek sepatu luar lebih bagus daripada merek lokal?
Pastinya untuk membangun kepercayaan anak-anak muda terhadap brand lokal itu susah banget sampai kita sempat bikin tagline dulu “local pride” bukannya menyombongkan kita yang pertama buat tentu nggak.
Tapi pada saat itu hasthtag tersebut belum ada sebenarnya. Karena dulu kita menggunakan Instagram untuk media promosi jadi kita bikin hashtag nya tersebut.
Nah, salah satu untuk mengubah stigma tadi itu kita kolaborasi sebagai strategi kedepannya. Dengan collabs ini supaya orang yang sebelumnya nggak tahu tentang produk menjadi tahu dan akhirnya mencoba.
Pengalaman pahit apa yang pernah terjadi di Saint Barkley?
Wah, pas pandemi kemarin kalau kita nggak kuat-kuat banget mungkin bisa kelar. Di bilang bounceback kita juga belum sih ya, justru ibaratnya malah kayak mulai dari 0 lagi. Pas tahun 2018, mungkin kita emang lagi ada diatas, tiba-tiba ada pandemi yang bikin langsung jatuh (menurun).
Dan momen nya itu pas banget ada pandemi disitu kita juga lagi pindahan pabrik. Jadi pas pindah, pabrik juga tutup dan produk nggak ada. Selama satu tahun bahkan kita nggak jualan dan berusaha mengamankan untuk operasional sambil fokus ke pabrik.
Gimana strategi yang bisa membuat Saint Barkley menjadi sebesar saat ini?
Kuncinya yang pertama konsisten, kedua pastinya selalu upgrade produk, jangan merasa cepat puas dan cari yang terbaik.
Ada nggak sih dampak setelah Jokowi beli sepasang sneakers di event Jakarta?
Banyak banget sampai ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang datang naik bus kesini yang mau beli barang bahkan dijadiin oleh-oleh.
Apa alasan Saint Barkley akhirnya menggunakan Jubelio untuk operasional bisnis?
Sebenarnya awal itu kita udah punya sistem sendiri, cuma setelah semakin berkembang dan nggak memungkinkan untuk menaruh barang disini dan kita harus sewa gudang. Akhirnya kita cari dong, sistem apa yang bisa bantu mengatur stok ke e-commerce, kemudian bisa display gudang kantor sama gudang utama.
Akhirnya beberapa juga memberikan rekomendasi untuk pakai Jubelio aja dan kita coba juga di sisi plugin untuk stok di website ternyata bisa nyambung. Untuk operasional enak sih soalnya lebih terkontrol apalagi kalau sekarang punya banyak channel penjualan. Pastinya kebayang kalau harus urusnya satu persatu untuk urus stoknya. Flow operasional juga bisa terlihat jelas dan mudah untuk mengawasinya.
Baca juga: Intip Cerita Sukses Brand Choral id yang Sempat Bangkrut
Untuk kedepannya, ada inovasi apa lagi nih dari Saint Barkley di tahun ini?
Tahun ini yang jelas kita akan collabs dengan brand luar Indonesia, salah satunya adalah brand dari Singapura, yaitu Sole Superior dan di bulan Juni kita udah launching.
Dan untuk anak sekolah nanti ada program back to school dan bisa didapatkan melalui website maupun channel penjualan lainnya.
Itu dia kisah sukses daribrand sepatu lokal yang pada akhirnya bisa bersaing dengan produk luar negeri lainnya. Buat kamu yang pengen tahu lebih jelas perjalanan bisnis Saint Barkley, kamu bisa langsung kunjungi Youtube Jubelio Official atau klik video di bawah ini.